Seperti sungai tanpa hilir ataupun hulu
Arusmu tenang, berlapis keling hitam batu
Entah apa yang tersembunyi?
Tubuh berakar urat basah keringat
Meliuk di antara rerimbun pohon,
Mencumbu padang edelweis
Goa kapur kau setubuhi, hingga kemudian
Bersepisepi di tepian kawah
Rerumputan sepanjang setapak
Bertapa menunggu jejakmu
Berbekal peta dan kompas
Jalurmu tak pernah sama
Di kepalamu
Ada puncak yang berubah-ubah
Juga bulat matahari yang selalu salah
Alur jalurmu kubaca, siasia
Hanya ceceran huruf dari namamu
: Menjadi arah panah perjalanan
Sby, Nov 2008
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
DIAM
Ku eja hurufmu
Satu persatu, sayup saja
Agar perempuan seranjangmu
Tak mendengar
Dan kita tetap terikat riuh
: Di pekat Rindu
25 Nov 2008
Satu persatu, sayup saja
Agar perempuan seranjangmu
Tak mendengar
Dan kita tetap terikat riuh
: Di pekat Rindu
25 Nov 2008
Datang Terlambat
Teng..teng.. teng...
Sayup kudengar suara lonceng, lantasku berlari
Mengekor pintu yang hampir terkatup
Aku selalu masuk di bagian terakhir
Dentang bel berkali-kali di ujung lorong
Gerbang, sesenti lagi merapat
Perayaan dimulai, terompet gegap
Meledekku yang melangkah gagap
Topi pestaku lepas di kepala
Berhambur bersama angin lewat
Aku terlambat..
Terlambat...
Lagi, lagi, lagi
:Lonceng runtuh, hati retak sebelah
Mei-Nov 2008
Sayup kudengar suara lonceng, lantasku berlari
Mengekor pintu yang hampir terkatup
Aku selalu masuk di bagian terakhir
Dentang bel berkali-kali di ujung lorong
Gerbang, sesenti lagi merapat
Perayaan dimulai, terompet gegap
Meledekku yang melangkah gagap
Topi pestaku lepas di kepala
Berhambur bersama angin lewat
Aku terlambat..
Terlambat...
Lagi, lagi, lagi
:Lonceng runtuh, hati retak sebelah
Mei-Nov 2008
Sang Petualang
Dan namamu
Menjadi tanda panah perjalanan
Selalu menjadi sungai tanpa hulu
Dengan arus tenang, entah berapa dalammu
Cerita yang tak mudah ditebak
Meliuk lepas di antara rimbun hutan
Padang edelweis, bukit kapur
Juga pada mulut kawah berbentuk wajah
Kau..
Petualang yang tak suka pondokan
Dan memilih tenda atau bivak
: Percuma alur-alur kususun
Menjadi tanda panah perjalanan
Selalu menjadi sungai tanpa hulu
Dengan arus tenang, entah berapa dalammu
Cerita yang tak mudah ditebak
Meliuk lepas di antara rimbun hutan
Padang edelweis, bukit kapur
Juga pada mulut kawah berbentuk wajah
Kau..
Petualang yang tak suka pondokan
Dan memilih tenda atau bivak
: Percuma alur-alur kususun
Rindu
Ketika jemari gemetar
Memeluk luka
Ketika dada gemuruh
Mencumbu ironi
Ketika kata-kata terisak
: Merinduku
Malam, 4 Nov 2008
Memeluk luka
Ketika dada gemuruh
Mencumbu ironi
Ketika kata-kata terisak
: Merinduku
Malam, 4 Nov 2008
Kepada Seorang Guru
--teruntuk guruku Sony De Bono
Anak itu menggenggam buku yang di sampulnya tertulis
"Jangan baca, buku ini meracuni"
Buku pemberian guru yang selalu berlari
Terkadang galak berdiri di ambang pintu
Sambil menatap jendela
Si anak merobek sampul buku
Kemudian melihat halaman pertama
Tertulis,
"Bacalah halaman selanjutnya"
Dari halaman ke halaman
Hanya gambar gelas bermacam warna
Dengan lukisan kuda-kuda tanpa pelana
Tapi semua gelas retak bagian dasar
Dan di akhir halaman buku tertulis
"Milik Guru yang Gagal menjadi Buku"
D-fivenet, 3 Nov 2008
Anak itu menggenggam buku yang di sampulnya tertulis
"Jangan baca, buku ini meracuni"
Buku pemberian guru yang selalu berlari
Terkadang galak berdiri di ambang pintu
Sambil menatap jendela
Si anak merobek sampul buku
Kemudian melihat halaman pertama
Tertulis,
"Bacalah halaman selanjutnya"
Dari halaman ke halaman
Hanya gambar gelas bermacam warna
Dengan lukisan kuda-kuda tanpa pelana
Tapi semua gelas retak bagian dasar
Dan di akhir halaman buku tertulis
"Milik Guru yang Gagal menjadi Buku"
D-fivenet, 3 Nov 2008
Layang-Layang
-- Sebuah kado untuk Aldora
Dari sebuah galah
Dibagi dan dibelah
Sebuah surat lekat
Di tangkai layang
Langit tenang
Angin sibuk tertawa
Desau beradu benang
Angan-angan liar
Menarikan tarian awan
Layang bertulis mantra
Hitamlah langit
Koyak jeritan petir
Layang-layang
:kembali tersisa belulang
sby, 2nov 2008
Akulah
Akulah
Sepi yang melindasmu
Akulah
Tepi yang penjarakanmu
Akulah
Raja pemilik
Tempurung kepalamu
Indigo, 2 Nov 208
Sepi yang melindasmu
Akulah
Tepi yang penjarakanmu
Akulah
Raja pemilik
Tempurung kepalamu
Indigo, 2 Nov 208
Subscribe to:
Posts (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...