Kita seperti anjing lapar
Berkejaran di malam jalang
Saling mencaci di tengah laga
Tapi rindu berpeluk manja
Kita seperti luka yang merana
Punguti penggal tubuh yang terberai
Lantas dirangkai pada malam buta
Berbenang serat urat rotan
----Lecut melucuti
Kita seperti periuk belanga
Cadas ditempa kobar bara
Berangus hitam coreng muka muram
Tubuh kita ringkih lari telanjang
Terbuai peluh resah dan desah
Kita seperti hujan gersang
----Hampa dan basah
Tangisi ceruk cerita yang dalam
Jatuh tak berjeda, terjal
Sby, 25 April 2009
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Nada Itu Meluruhkan
: Balawan
Seketika kata-kata berguguran
Dan decak pada nada
Petikan senar gitar
Gemulai jemari yang lintas
Menyetubuhi fret-fret mati
Berdenyit.. berderit...
Untai manik-manik tanpa lirik
Mengguruiku
Tak cepat jatuh pada kata
Biarkan saja kata menubuh sendiri
Geliat gundah suguhkan puisi
Pada nyanyian "putri cening ayu"
Akh..
Lagu yang tak lugu
Manis berbalut rindu
Sby, 19 April 2009
Seketika kata-kata berguguran
Dan decak pada nada
Petikan senar gitar
Gemulai jemari yang lintas
Menyetubuhi fret-fret mati
Berdenyit.. berderit...
Untai manik-manik tanpa lirik
Mengguruiku
Tak cepat jatuh pada kata
Biarkan saja kata menubuh sendiri
Geliat gundah suguhkan puisi
Pada nyanyian "putri cening ayu"
Akh..
Lagu yang tak lugu
Manis berbalut rindu
Sby, 19 April 2009
Menjumput Ritme Seusai Senja
Detak melaju menguraikan tanya pada denting dua gitar, melagukan nada lembut dan berdentam menyeruak malam yang tiba-tiba kelam. Membaur pada nada pentatonik, mesra keduanya. Menguntit iri pada tubuh yang pilu
Riuhnya suara mengunjungi rindu dan angan yang menampik hadir selintas bayang, memudar ditengarai hujan yang berdesah. Lambatpun mengulum jemari bekas percintaan semalam
Di rimbun pohon tanpa ucap janji, menjadikan satu tubuhmu dan tubuhku, menggumamkan ritme alun mengalun. Sajak tak akan indah menggaung di telinga-telinga pecinta. Yang sibuk mengusap airmata karena rindu yang tak juga sampai
Di mana kenangan pada sebait sajak, yang ditulis dulu tentang ketidaktahuan aku pada bulir bulir embun di matamu. Tak pernahkah ada telaga yang menjadi tujuan jatuhmu. Tak ada genangan luka yang menganga dari matamu.
Hanya aku yang mengiris sendiri bola mata hingga berdarahdarah. Untuk menjumput secuil ritme nada selepas senja
*ciyahhhh gara-gara balawan..!
Sby, 19 april 2009
Riuhnya suara mengunjungi rindu dan angan yang menampik hadir selintas bayang, memudar ditengarai hujan yang berdesah. Lambatpun mengulum jemari bekas percintaan semalam
Di rimbun pohon tanpa ucap janji, menjadikan satu tubuhmu dan tubuhku, menggumamkan ritme alun mengalun. Sajak tak akan indah menggaung di telinga-telinga pecinta. Yang sibuk mengusap airmata karena rindu yang tak juga sampai
Di mana kenangan pada sebait sajak, yang ditulis dulu tentang ketidaktahuan aku pada bulir bulir embun di matamu. Tak pernahkah ada telaga yang menjadi tujuan jatuhmu. Tak ada genangan luka yang menganga dari matamu.
Hanya aku yang mengiris sendiri bola mata hingga berdarahdarah. Untuk menjumput secuil ritme nada selepas senja
*ciyahhhh gara-gara balawan..!
Sby, 19 april 2009
Mumpung
Mumpung sembuh aku lari-lari sendiri, sambil sibuk cari tali.
bukan buat lompat tali tapi buat gantung diri
Mumpung sehat aku lompat-lompat diantara rindu-rindu yang hilang
bukan untuk main hati tapi untuk sebuah puisi
Mumpung waras tertawalah aku sepuas-puasnya
biar dianggap gila lagi
Nah.. mumpung kumat gila
Yak mari jual kata-kata
Seribu tiga... seribu tiga..
Siapa tega.. siapa tega...
Dijamin lega
16 April 2009
bukan buat lompat tali tapi buat gantung diri
Mumpung sehat aku lompat-lompat diantara rindu-rindu yang hilang
bukan untuk main hati tapi untuk sebuah puisi
Mumpung waras tertawalah aku sepuas-puasnya
biar dianggap gila lagi
Nah.. mumpung kumat gila
Yak mari jual kata-kata
Seribu tiga... seribu tiga..
Siapa tega.. siapa tega...
Dijamin lega
16 April 2009
Sembunyi
sembunyi
di balik geretak induk macan
belang-belang....
sembunyi
menutupi telinga, hidung dan mata
tetap saja meng-indera-i
sembunyi
tanyai tubuh sendiri
merasa riuh kebenaran
"Benar yang mana?" rutukku
nyatanya tak ada
lantas sembunyi dari apa
16 april 2008
di balik geretak induk macan
belang-belang....
sembunyi
menutupi telinga, hidung dan mata
tetap saja meng-indera-i
sembunyi
tanyai tubuh sendiri
merasa riuh kebenaran
"Benar yang mana?" rutukku
nyatanya tak ada
lantas sembunyi dari apa
16 april 2008
Padamu Negeri
Padamu negeri
inilah surat pendek pertama yang kukirim padamu. mengibarkan bendera setengah tiang. merahnya pudar putihnya mangkak. salahkan siapa?
Padamu negeri
kami berbakti dengan jiwa dan sepenuh hati. menikmati luka-luka dan darah kematian tiap jengkal perjuanganmu dulu. bagitukah kami?
Padamu negeri
kami berjanji menghabiskan tiap tetes airmata dan perasan air garam di setiap tubuhmu. perih dan nyeri dihibur kibaran bendera warna-warni. siapa sebenarnya warnamu?
Padamu negeri
Kami yang kehilangan nyali memilihkan jodoh yang terbaik. Hanya sanggup memeluk mimpi sekejap lantas terkesiap ngiangan janji-janji kecap nomer satu. berapa hargamu?
Padamu negeri
kami mengabdi pada keranda yang setiap hari berkeliaran. kami rindu nyanyian nyanyian damai, kami rindu berkesah tanpa prasangka, rindu langit tenang tanpa badai. inikah wajahmu?
Bagimu negeri
jiwa raga kami, jiwa ini kehilangan akal, bermain nakal mencari cara cara kekal. mengoyak tubuhmu, dinodai muslihat dan kebiadaban. Dimana kibaran bendera merah putihmu?
Bagimu negeri
nyanyian semakin sumbang setiap tahunnya. sekarang perebutan semakin hebat tanpa tahu di tangan siapa kau akan tumbang kemudian. sungguh tak sanggup kami memilih cara untuk runtuh.
Bagimu negeri
Bagimu negeri
Kami ngeri
Surabaya, 09 april 2009
inilah surat pendek pertama yang kukirim padamu. mengibarkan bendera setengah tiang. merahnya pudar putihnya mangkak. salahkan siapa?
Padamu negeri
kami berbakti dengan jiwa dan sepenuh hati. menikmati luka-luka dan darah kematian tiap jengkal perjuanganmu dulu. bagitukah kami?
Padamu negeri
kami berjanji menghabiskan tiap tetes airmata dan perasan air garam di setiap tubuhmu. perih dan nyeri dihibur kibaran bendera warna-warni. siapa sebenarnya warnamu?
Padamu negeri
Kami yang kehilangan nyali memilihkan jodoh yang terbaik. Hanya sanggup memeluk mimpi sekejap lantas terkesiap ngiangan janji-janji kecap nomer satu. berapa hargamu?
Padamu negeri
kami mengabdi pada keranda yang setiap hari berkeliaran. kami rindu nyanyian nyanyian damai, kami rindu berkesah tanpa prasangka, rindu langit tenang tanpa badai. inikah wajahmu?
Bagimu negeri
jiwa raga kami, jiwa ini kehilangan akal, bermain nakal mencari cara cara kekal. mengoyak tubuhmu, dinodai muslihat dan kebiadaban. Dimana kibaran bendera merah putihmu?
Bagimu negeri
nyanyian semakin sumbang setiap tahunnya. sekarang perebutan semakin hebat tanpa tahu di tangan siapa kau akan tumbang kemudian. sungguh tak sanggup kami memilih cara untuk runtuh.
Bagimu negeri
Bagimu negeri
Kami ngeri
Surabaya, 09 april 2009
Oalah.. ning.. ning..
:Ning Sholeha (Irama Budaya)
Ning nang ning gung....
Egal egol, mlakune koyok menthog
Moto sipit, lambe tipis
Lipstik abang brambang
Alis'e cemlirit koyok clurit
Ning.. yuk kenalan
Sholeha jenengmu
Mulane yo biasa wae
Mulane ora koyok ngene
Tapi saiki aku angel turu
Klingsutan ndukur kasur
Ning.. kapan ketemu maneh?
Esemmu ngenthekne atiku
Pinginku ndekep awakmu
Sing wangi minyak nyongnyong
Aku njegigal
Gara-gara gak sengojo
Ndemek cepitan pupu
Onok sing gumandul
"lek awan jenengku Cak Sholeh"
mak jeder.. atiku ancur
Oalah Ning.. Ning...
sby, 2 april 2009
Ning nang ning gung....
Egal egol, mlakune koyok menthog
Moto sipit, lambe tipis
Lipstik abang brambang
Alis'e cemlirit koyok clurit
Ning.. yuk kenalan
Sholeha jenengmu
Mulane yo biasa wae
Mulane ora koyok ngene
Tapi saiki aku angel turu
Klingsutan ndukur kasur
Ning.. kapan ketemu maneh?
Esemmu ngenthekne atiku
Pinginku ndekep awakmu
Sing wangi minyak nyongnyong
Aku njegigal
Gara-gara gak sengojo
Ndemek cepitan pupu
Onok sing gumandul
"lek awan jenengku Cak Sholeh"
mak jeder.. atiku ancur
Oalah Ning.. Ning...
sby, 2 april 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...