Padamu negeri
inilah surat pendek pertama yang kukirim padamu. mengibarkan bendera setengah tiang. merahnya pudar putihnya mangkak. salahkan siapa?
Padamu negeri
kami berbakti dengan jiwa dan sepenuh hati. menikmati luka-luka dan darah kematian tiap jengkal perjuanganmu dulu. bagitukah kami?
Padamu negeri
kami berjanji menghabiskan tiap tetes airmata dan perasan air garam di setiap tubuhmu. perih dan nyeri dihibur kibaran bendera warna-warni. siapa sebenarnya warnamu?
Padamu negeri
Kami yang kehilangan nyali memilihkan jodoh yang terbaik. Hanya sanggup memeluk mimpi sekejap lantas terkesiap ngiangan janji-janji kecap nomer satu. berapa hargamu?
Padamu negeri
kami mengabdi pada keranda yang setiap hari berkeliaran. kami rindu nyanyian nyanyian damai, kami rindu berkesah tanpa prasangka, rindu langit tenang tanpa badai. inikah wajahmu?
Bagimu negeri
jiwa raga kami, jiwa ini kehilangan akal, bermain nakal mencari cara cara kekal. mengoyak tubuhmu, dinodai muslihat dan kebiadaban. Dimana kibaran bendera merah putihmu?
Bagimu negeri
nyanyian semakin sumbang setiap tahunnya. sekarang perebutan semakin hebat tanpa tahu di tangan siapa kau akan tumbang kemudian. sungguh tak sanggup kami memilih cara untuk runtuh.
Bagimu negeri
Bagimu negeri
Kami ngeri
Surabaya, 09 april 2009
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...
No comments:
Post a Comment