Dongeng Ritual Mandi Yang Tak Tuntas

Kulit lusuh dengan keringat tersimpan rapi di tiap lipatannya

Setibanya ia mengurus pemakaman rutin hari hari

Ia segera bergegas menjambak handuk yang terlipat di atas pembaringan tua

Penat terlihat sekali mulai dari lutut sampai siku hidup

Matahari sejak tadi setia menggiring, kini hanya sedikit mengintip

Ritual sebelum mandi segera dikerjakan, kulitnya dikuliti

Sedikit demi sedikit dari kulit kepala sampai kulit kemaluan

Ritual mandinya belum tuntas

Kulit kaki belum lepas

Nanti malam masih dipakai jalan


Macul,14maret07

Menjelang Senja

Perempuan itu hanya duduk saja dibawah pohon
Putrinya masih belum lewati gerbang sekolah

"Nak pulanglah...!" bisiknya pada daun
Peluk hangat hampir menjadi dingin

Suatu kali sang anak berkata
"Bu... jangan kau basahi pipimu!"

Perempuan itu masih menggumam
Tidak mati beku hanya mati ingin
Telan sedih di lipat kerut wajah

Dan ketika beranjak senja
Matahari tergelincir
Dingin menghambur

Perempuan itu bangkit
Memekik tinggi dalam dingin
"Anakku..!"

28februari07
versi puisi dari cerpenku "Ketika Menjelang Senja"

Puncak Kedua

Malam itu hangat sekali mungkin akan tiba hujan
Tapi sampai malam larut masih belum ada tanda petir

Dengan tawa yang tersisa di ruang sepi itu
Mencoba cairkan lelah gelut yang tergerus ego

Keringat kita sudah tercampur di mangkok kecil bergambar ayam jago
Abu rokok yang lelah terkulai saat berkesah pada malam

Ini sudah taun keberapa?
Katamu ini puncak kedua
Apa mungkin ada puncak ketiga

Wajah wajah polos menjadi begitu kerut
Banyak luka yang harus terselesaikan

Lihat saja tawa itu hanya sampai sepersekian detik
Kemudian lenyap setelah dada dan mata membengkak


Dies Natalies Teater Crystal ke-19
6 maret 2007

Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura

Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...