Hari menguzur matahari sinar redup
Jejak berputar di lingkar simpang tujuh
Di mana gang jalan satu arah serupa arteri
Mendenyutkan detak kerinduan yang basah
Tibalah kemalaman kota
Berdenyir silir-silir angin makin melenakan
Tubuhku bayangan semu kehilangan kepak
Sayap berbulu lepas tak meninggi
Disembur wewarna ungu lembut langit
Terbangku bermata sebelah
Tak mampuku tangkap mangsa di balik pepohonan
Ladang padang tak menerang di ketinggian sana
Sungguhkah aku melepas jiwa bebas
Kesejatian mimpi tetaplah hanya coretan harap
Aku menuju kepulangan
Tapi sungguh tak ada pembeda jeda waktu
Sejak kepergian yang memanggul sekarung lelah
Tubuh kota menjadi turbin listrik
Berputar ulang diguyur air-air suling
Roh pinggir kota berbentuk gitar petik
Mendayu lagu sendu senyum garing
Kemalangan atau kenikmatan ini
Merasuk hangat pelukan sang jenaka
Di luaran, jiwa peratap sibuk mencibir
Berdekap damai pada rindu yang lelap
Perbatasan, rindu tabu rayu meragu
Tak ada yang patut di sembunyikan
Perjanjian tetap nyala dirayakan
Dan kepulangan bawa kembali jejak
Perjalanan, 21 Oktober 2009
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...
No comments:
Post a Comment