Gunung terpecah, dadanya terpanggang
Yang Ia persenjatai hanya kepala dengan sorban
abu-abu
Sedangkan dadanya kering, kosong melompong
Ini hari, bendera meliuk setengah enggan
Angin sejenak diam, memata-matai sore yang hendak berpergian
Perempuan mengendarai selendang, serupa bidadari
Angka di baris terakhir didinding lembab itu, Merah.
Waktunya menulis sebuah catatan perjalanan
dan membujuk angin agar tidak mengajak hujan
Ia lelaki, menunggu tubuh perempuan.
Di depan pintu pabrik sepatu yang lama kosong
Dipertigaan lampu merah
Debu dan rok merah mini yang terusil siul
Lelaki memain-mainkan roda belati
Mendorong semesta, berdo’a
Jatuhkan ia…
Jatuhkan ia…
Perempuan pemanggul Bumi
Seharusnya pergi berlibur, ketika waktu setengah berlari
Kenapa kau masih saja sibuk?
Sby, 12 Agustus 2012
1 comment:
Kalau Perempuan pemanggul Bumi tak sibuk siapa yang akan memperkaya para juragan-juragan itu, Git?
Post a Comment