Mata Uang, dan MataMu

Jika aku hanya punya koin dengan salah satu sisi tergambar mataMu dan satunya kosong.
maka suatu hari aku akan menenggelamkan mataku di salah satu sisinya, agar dapat memunggungi mataMu


Aku masih berjalan
Bersilangan dengan waktu
Dengan kepala celengan
Berbentuk ayam

Yang selali berkokok nyaring
setiap koin-koin jatuh didasarnya

Mata Uangku tak bermata ganda
Salah satunya memercing mataMu
Satu sisinya kosong

Nanti ku ukir jika kepalaku
Telah terlepas dari porosnya
Lantas menggelinding sendiri
Sambil menghisap sebatang rokok
Di tepi bibirku

Tentu saja sambil menggumamkan namaMu
Karena mataMu selalu memata-mataiku
Pasti..

Surabaya, 19 april 2011

Siluet

Mungkin kau adalah segelintir pejalan
Yang memuja kabut nan pekat
Menjarah rimba di hitamnya malam

Tubuh khas berhias siluet
Terbungkus rindu

Suara mendung yang menggelegar
Adalah pertanda berliaran

Lembar demi lembar kenangan
Diberinya waktu meneduh

Berteduh? dan aku memanggulnya
Pada kesekian cerita yang lewat

Lelaki pembelah bulan
Dengan tajamnya sepi

Di bawah ketiak pepohonan
Lantas kau menyusu pada ibu musim

Sungguh, ternyata mengeja kau
Tak perlu serumit mengeja puisi

:Lelaki dalam Tempurung Bulan

Surabaya, 10 April 2011

Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura

Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...