Mungkin kau adalah segelintir pejalan
Yang memuja kabut nan pekat
Menjarah rimba di hitamnya malam
Tubuh khas berhias siluet
Terbungkus rindu
Suara mendung yang menggelegar
Adalah pertanda berliaran
Lembar demi lembar kenangan
Diberinya waktu meneduh
Berteduh? dan aku memanggulnya
Pada kesekian cerita yang lewat
Lelaki pembelah bulan
Dengan tajamnya sepi
Di bawah ketiak pepohonan
Lantas kau menyusu pada ibu musim
Sungguh, ternyata mengeja kau
Tak perlu serumit mengeja puisi
:Lelaki dalam Tempurung Bulan
Surabaya, 10 April 2011
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...
No comments:
Post a Comment