Lentik-lentik kembang merah darah
Tanpa bau wangi yang terlalu
Kelopak tepi kuning keemasan
Di atas sana langit menjadi sehitamku
Kisah lalu merasuk rusuk
Gemuruh menjadi sedemikian sadis
Hingga ke ruang-ruang teduh
Ambang di batas anganmu
Ujung-ujung bibirmu merapal mantra memanggilku
Sedangkan kau bersembunyi pada tubuh yang sesungguhnya palsu
Aku hanya ingin membacamu, lantas mencoretkan sebait sajak
Yang tak pernah selesai kutulis
Dalam dadamu, dalam lelapmu dan dalam sejuta luka milikmu
Karna tubuhmu adalah taman gersang
Dengan dahan-dahan terlentang
Menyembahi kelopak-kelopak kusam
Tak perlu hitam membungkam kenangan pada hujan
Suara-suara menggaung, gemerisik dedaun kering
Itu saja pikirkan, aku adalah sebuah dendang di antara
Senja dan malam
Di sebuah taman gelap, kau lunglai menafkahi luka
Dengan lukisan hitam darah
Desember 2008
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...
No comments:
Post a Comment