Hujan…
Tiba-tiba berhenti
Aku sudah bilang jangan tiba-tiba
Hujan…
Aku memintamu simpan saja diam
Untukku, sementara
Dan riuhmu semakin lantang
Ranting lentik gemulai penari
Mengetuk-ngetuk jendela
Sembari menghela angin
Sampaikan diam yang teramat ingin
Memelukku di dalam dingin
Hujan…
Kau sengaja mengirimnya?
Bekulah aku dan diam
Tembok kaca es menebal, rapuh
Dalam bayangnya lamat kudengar
"Aku pamit"
Matapun dihampiri basah
: Hujan, aku tak punya pilihan
Macul, Okt-Nov 2008
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...
2 comments:
Ada orang yang membenci hujan tapi ada juga hujan dirindukan.Membaca puisimu "Hujan Malam Ini" kau sepertinya memerlukan "hujan". Hujan mungkin bagimu penuh riwayat atau ada yang kauasakan di balik gemercik hujan.Tapi itulah mengapa kau begitu kesal mengapa hujan tiba-tiba berhenti.Saranku tak usah risau kepergian "hujan". Sebab kau dapat membuat hujan. Yakni "hujan airmata".
mengapa dekat sekali Hujan dan Air mata? apakah karena sama-sama air yang turun.
apa sebabnya? akh.. kenangan itu mengapa tentang hujan. sakitkupun karena Hujan
Post a Comment