Sekat Puisi

Sekat I :Awalnya sebuah Sepi

Pada sepi yang terperah
Pada rangkai bayang sunyi

Sayat sulur - sulur malam
Getasnya getah bulan

Terasa selembut madu
Peraman embun
Di cawan rindu

Kembang rekah tak bertangkai
Ranum senyummu aroma sunyi


Sekat II : Pada suatu Mimpi

Daun kering ranggasan musim sendu
Tubuhmu gigil rubuh disanding rindu

Akh.. selalu saja tergesa
Ia pergi tanpa permisi
Datangpun tanpa sapa

Hanya sisakan gambar punggung
: Musim hangat meradang


Sekat III : Seperti Sakit yang Hangat

Kalau aku tikamkan sebilah pisau bermata pilu
Menyisalah isak hingga nanti kau tarik paksa

Biarkan tetes embun darah mengalir dari sudut luka
Relakan kepergian senja yang tergulung sepi

Angin tipis datang membelai tak akan hapus
Bercak bercak rindu di dadamu, sayang


Sekat IV : Tinggal Serpih

Bagaimana kalau bertelanjang saja
Melingkari makna tanpa berbaju kiasan
Juga tanpa diksi mendayu

Bagaimana kalau tubuh pekatkan kata
Kalahkan rasa pada kalimat panjang
Juga sanggah bahasa

Bagaimana membijak tanpa kata
Sungguh aku muak potret sanjung
Juga tarian puja puji

Pikat hamba pemuja kata
Dan kau bisu-bungkam mereka
Dengan tingkah genit kerling
Bola bening mata penanti

: Risau rindu, racun candu

Januari 2010

No comments:

Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura

Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...