Seberapa sering kau pulang
Menggedor pintu rumah
Bermanja pada belaian Ibu
Akh… adikku sayang
Rumah seperti penampungan sepi
Tidak lagi ada peluk rindu
Kita terlalu sibuk berlarian
Jendela terbuka
Angin menyusup begitu dingin
Merasuk diam-diam di dada Ayah Ibu
Mengapa kau sibuk menangis di depan pintu
Tangan keriput mereka, ingin usap airmatamu
Juga ingin menggendongmu,
Dengan selendang batik lapuk
Masuklah….
Pada album potret kenangan
Masih ingat dulu
Kau berlarian di taman kota kecil
Sesekali berhenti minta disuap
Nasi berlauk telur juga kecap
Coba tengok sejajar nama panjang
Yang bangga kita pamerkan
Ada do'a terselip di sana
Yang terus berdengung sampai
Kita tak lagi menjadi bocah kecil
Apakah ini cukup?
Dan aku menulis ini
Sembari mengusap perih pipi
Ada kenangan kecil
Yang mungkin lupa kau ingat lagi
Surabaya, 9 Januari 2010
No comments:
Post a Comment