Oh hujan teriakkan lapar, ada ronta pada dada-dada serdadu
Mata nanar memuja do'a, rintihan iba tak pernah sepi
Kaleng lonceng terisi penuh, keringat para pendosa
Licin, bau hampir anyir
Surat berisi ayat pasal salah, redam mulut pengkhotbah
Tengah malam.. di tengah laga, sebuah perang alpa senjata
Menimang sebuah kepala sambil bermain nujum
Lingkar sasar lubang hati, tanpa nurani
Siapa si pemuja perang, manusia aneh bertungkai tajam
Mungkin dahulu mereka lahir sebagai bayi-bayi
Tanpa ari-ari, Tanpa hati, Tanpa arteri
Dadanya mlompong, bolong-bolong
Oh kemarau tanpa angin, di mana gemuruh hujan
Usai kalah perang pada monster penguasa negri
Alirkan saja berliter darah dari perut-perut tirus
Menuju nirwana tanpa melewati lorong-lorong kumuh
Ruang Damai, 22 Mei 2008
Tengah Malam ini akan terjadi lagi..
"Negara mencekik rakyatnya sendiri"
"Terbata berkata-kata, mengucapkan syukurpun dieja. Menggagap kata, mulut kelu hingga mata hampir saja enggan berkedip. Segala proses beku membatu, di bening abjad pun sering mengeluh."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura
Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...
-
Berkata senja pada pagi "Aku lelah menjadi sesudahmu" Dengan tangisnya yang luruh "Aku ingin menjadi kamu" Waktu lama me...
-
Bagaimana bisa aku bercakap-cakap sedangkan ruangan ini begitu kecil dan kau melayang-layang di luar sana Bagaimana aku me...
2 comments:
tragis, sebuah episode dimana keadilan adalah barang yang antik dan absurd. salam kenal
http;//sakupuisi.blogspot.com/
salam kenal juga mas fauzan.
terima kasih sudah mampir di ruang kecilku.
Post a Comment