Perang Telak, Pada Siapa

Oh hujan teriakkan lapar, ada ronta pada dada-dada serdadu
Mata nanar memuja do'a, rintihan iba tak pernah sepi

Kaleng lonceng terisi penuh, keringat para pendosa
Licin, bau hampir anyir
Surat berisi ayat pasal salah, redam mulut pengkhotbah

Tengah malam.. di tengah laga, sebuah perang alpa senjata
Menimang sebuah kepala sambil bermain nujum
Lingkar sasar lubang hati, tanpa nurani

Siapa si pemuja perang, manusia aneh bertungkai tajam

Mungkin dahulu mereka lahir sebagai bayi-bayi
Tanpa ari-ari, Tanpa hati, Tanpa arteri
Dadanya mlompong, bolong-bolong

Oh kemarau tanpa angin, di mana gemuruh hujan
Usai kalah perang pada monster penguasa negri

Alirkan saja berliter darah dari perut-perut tirus
Menuju nirwana tanpa melewati lorong-lorong kumuh

Ruang Damai, 22 Mei 2008
Tengah Malam ini akan terjadi lagi..
"Negara mencekik rakyatnya sendiri"

2 comments:

fauzan2001 said...

tragis, sebuah episode dimana keadilan adalah barang yang antik dan absurd. salam kenal
http;//sakupuisi.blogspot.com/

Gita Pratama said...

salam kenal juga mas fauzan.
terima kasih sudah mampir di ruang kecilku.

Lelaki Kecil dengan Punggung Kura - Kura

Lelaki kecil berjalan meniti tepi jalan sambil menggandeng bapak Ingus yang naik turun ia biarkan sambil mengingat hitungan mundur Tangan la...